PEDAGOGIK PENDIDIKAN DASAR
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Karena
atas rahmat dan hidayahnya-lah sehingga
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui peran
pedagogic dalam mendidik anak.
Penulis juga mengucapkan banyak terimah kasih kepada
teman-teman yang sudah membantu sehingga makalah ini dapat di selesaikan dengan
baik.
Makalah ini disusun semaksimal mungkin.Penulis menyadari
masih banyak kekurangan-kekurangan baik dalam teknik penulisan maupun pemaparan
materi.Oleh karena itu, di harapkan pembaca memberikan kritik dan saran untuk
lebih menyempurnakan makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan manfaat dan dapat memperluas
wawasan pembaca sesuai dengan harapan.
Makassar,
31 Desember 2016
Penulis
DAFTAR
ISI
Kata pengantar……………..………………………………..………. i
Daftra isi………………………………………………………..…….. ii
Bab 1 Pendahuluan
a.
Latar belakang…………………………………………….. 1
b.
Rumusan masalah………………………………………… 1
c.
Tujuan……………………………………………………… 2
Bab 2. Pembahasan
1. Pedagogik
sebagai ilmu pengetahuan………………..…. 3
2. Karakteristik
Anak Usia Dini, Usia Sekolah dan Usia Remaja.. 4
3. Pedagogik
sebagai proses mendidik………….…………. . 13
4. Problematika
pedagogic………………………………………. 17
5. Mendidik
itu seni……………………………………………… 19
Bab 3. Penutup
a.
Kesimpulan………………………………………………….. 22
b.
Saran…………………………………………………………. 22
BAB
1
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Pendidik dan anak didik. Kedua istilah itu rasanya sudah
tidak asing di telinga kita sebagai calon tenaga kependidikan. Dimana pendidik
dan anak didik merupaka kunci utama bagi terselenggranya segala kegiatan
pendidikan. Dalam proses pendidikan manusia merupakan guna terselenggaranya
pendidikan yang efektif dan efisien, baik berperan sebagai pendidik maupun
peserta didik.
Pendidik merupakan pihak yang membantu anak didik karena
ketidakberdayaannya untuk menjadi manusia yang memiliki budi pekerti, hati
nurani semangat, kecintaan, rasa kesusilaan, ketakwaan dan sebagainya
sebagaimana yang dimiliki oleh si pendidik itu sendiri. Disini pendidik harus
mampu membimbing anak menuju ke arah kedewasaan. Pelaksanaannya bisa dalam keluarga
maupun diluar lembaga keluarga.
Lain halnya dengan anak didik yang mempunyai peranan
sebaliknya dari pendidik, yaitu merupakan pihak yang memerlukan bantuan
pendidik. Meskipun anak didik dalam keadaan tidak berdaya, namun memiliki
potensi tertentu yang bisa dikembangkan. Karena potensi itulah, pendidik
berusaha seoptimal mungkin untuk membantu anak didik dalam mengembangkan
potensi tersebut.
Seorang guru dalam
menjalankan tugasnya sebagai pendidik di sekolah, perlu memiliki seperangkat
ilmu tentang bagaimana ia harus mendidik anak. Guru bukan hanya sekedar
terampil dalam menyampaikan bahan ajar, namun disamping itu ia juga harus mampu
mengembangkan pribadi anak, memahami karakteristik anak, mengembangkan watak
anak, dan mengembangkan serta mempertajam hati nurani anak. Pedagogik merupakan
ilmu yang mengkaji bagaimana membimbing anak, bagaimana sebaiknya pendidik
berhadapan dengan anak didik, apa tugas pendidik dalam mendidik anak, apa yang
menjadi tujuan mendidik anak.
B.
Rumusan
masalah
Berdasarkan latar belakang
diatas adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Apa arti pedagogik sebagai ilmu
pengetahuan?
2.
Apakah Karakteristik Anak Usia Dini, Usia Sekolah
dan Usia Remaja?
3.
Apa maksud pedagogik sebagai proses mendidik?
4.
Apa saja problematika pedagogik?
5.
Apakah arti mendidik itu seni?
C.
Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah
sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui arti pedagogik sebagai
ilmu pengetahuan
2.
Untuk mengetahui
Karakteristik Anak Usia Dini, Usia Sekolah dan Usia Remaja
3.
Untuk mengetahui maksud
pedagogik sebagai proses mendidik
4.
Untuk mengetahui
problematika pedagogik
5.
Untuk mengetahui arti
mendidik itu seni
BAB
2
PEMBAHASAN
1. Pedagogik sebagai ilmu pengetahuan
Pedagogik atau ilmu pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki,
merenungkan tentanggejala-gejala perbuatan mendidik. Jagi pedagogy mengandung
makna sebagai seorang anak yang pergi dan pulang sekolah di antar, di bimbing,
dan di pimpin oleh seorang pembantu. Pada awalnya istilah pedagos merupakan
pekerjaan yang paling rendah, namun seiring berjalannya waktu istilah ini
sekarang menjadi pekerjann mulia yaitu pekerjaan mendidik anak.
Menurut Hoogveld (Belanda) menjelaskan bahwa pedagogik adalah ilmu yang mempelajari masalah membingbing anak kearah
tujuan tertentu agar ia kelak mampu mandiri menyelesaikan tugas hidupnya. Dengan demikian Pedagogik tidak lain adalah
ilmu pendidikan anak.
A. Karakteristik Ilmu Pendidikan
1. Landasan
Ilmu Pendidikan
Ilmu pendidikan selalu erat kaitannya dengan eksistensi manusia yang
mempunyai tujuan hidup. Oleh karena itu ilmu pendiidkan hanya akan berdirih
kokoh dan berkembang dengan pesat apabila berlandaskan agama, pandangan
hidup, filsafat hidup, serta ilmu pengetahuan dan teknologi.
2. Obyek
Ilmu Pendidikan
Obyek ilmu pendidikan terdiri dari obyek material dan obyek formal. Obyek
material ilmu pendidikan adalah manusia.
3. Metode
Ilmu Pendidikan
Dalam ilmu pendidikan menggunakan metode penelitian ilmiah, yakni
prosedur yang menggunakan pola piker dan pola kerja yang sistematis untuk
mendapatkna kebenaran pengeahuan yang sah dan dapat di percaya.
4. Isi
Ilmu Pendidikan
Isi ilmu pendidikan merupakan struktur pengetahuan yang antara lain memuat
postulat, asumsi, konsep teori, generalisasi, hokum, prinsip dan model.
Seperti ilmu-ilmu lainnya juga, ilmu pendiidkan memiliki fungsi menjelaskan,
memprediksi, dan mengontrol gejala atau fenomena pendidikan.
6. Cabang-cabang Ilmu pendidikan
Cabang-cabang ilmu pendidikan menurut M.J Langveled (1952) terbagi menjadi
dua bagian yaitu; Ilmu mendidik teoritis dan ilmu mendiidk praktis.
Ilmu mendidik teoritis terdiri atas
ilmu mendidik sistematis, sejarah pendidikan dan Ilmu perbandingan pendidikan.
Ilmu mendidik Praktis yang meliputi
metodik/didaktik, pendidikan keluarga, pendidikan keagamaan.
2. Karakteristik Anak Usia Dini, Usia Sekolah dan Usia Remaja
A.
Karakteristik
Perkembangan Anak Usia Dini
Anak usia prasekolah merupakan fase perkembangan individu sekitar 3-7 tahun yaitu masa kanak-kanak, menurut Sadulloh (2015:139)
dapat diklasifikasikan kepada 2 fase, yaitu:
Pertama
usia 3-4 tahun, merupakan masa otonomi, rasa malu, dan ragu. Pada tahap ini
sampai batas-batas tertentu anak dapat berdiri sendiri secara fisik dalam arti
duduk, berdiri, berjalan, bermain, minum dari botol sendiri tanpa dibantu oleh
orang lain, namun di pihak lain ia juga sudah mulai memiliki rasa malu dan
keraguan dalam berbuat, sehingga seringkali minta pertolongan atau persetujuan
dari orang tuanya.
Kedua
usia 4-7 tahun adalah masa eksplorasi (penyelidikan). Masa ini penuh dengan
kegairahan untuk melihat dan mengetahui sebanyak-banyaknya ditandai dengan
hasrat ingin tahu yang luar biasa. Karena itu tidak mengherankan kalau pada
tahap ini anak selalu aktif, tidak mau diam. Karena itu pulalah anak selalu
sibuk, dan berpindah perhatian dari satu obyek ke obyek lain. Karena meratanya
keinginan untuk berkembang dalam segi jasmaniah dan rohaniah ini anak tidak
terpaku pada satu hal dengan lama-lama. Seolah-olah mereka itu memang
kekurangan waktu untuk belajar banyak hal sekaligus. Karena itulah maka cara
mendidik mereka di TK dan kelas-kelas awal SD diatur dengan jam-jam pelajaran
pendek.
Karakteristik perkembangan anak usia dini adalah sebagai
berikut:
1. Perkembangan Moral
a)
Mampu
merasakan kasih sayang, melalui rangkulan dan pelukan
b)
Meniru
sikap, nilai dan perilaku orang tua
c)
Menghargai
memberi dan menerima
d)
Mencoba
memahami arti orang dan lingkungan disekitarnya
2. Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik mengikuti hukum perkembangan yang disebut
“cephalocaudal” dan “proximodistal”. Hukum cephalocaudal menyatakan bahwa perkembangan
dimulai dari kepala kemudian menyebar ke seluruh tubuh sampai ke kaki.
Sedangkan hukum proximodistal menyatakan bahwa perkembangan bergerak dari pusat
sumbu ke ujung-ujungnya atau dari bagian yang dekat sumbu pusat tubuh ke bagian
yang lebih jauh. Gerakan anak usia dini lebih terkendali dan terorganisasi
dengan pola-pola seperti menegakkan tubuh dalam posisi berdiri, tangan dapat
terjuntai dengan santai, serta mampu melangkah dengan meggerakkan tungkai dan
kaki.
3. Perkembangan Bahasa
Melalui bahasa individu belajar untuk bersosialisasi dengan
lingkungannya. Bahasa juga membantu anak untuk mengungkapkan perasaan,pikiran,
dan keinginannya kepada orang lain. Bahasa tidak lain merupakan sintesis dari
kemampuan berfikir yang kompleks dan abstrak ( Woolfolk, 1989 ).
4. Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif adalah kapasitas intelektual yang
dimiliki oleh seorang anak dan bagaimana kapasitas tersebut berkembang sampai
mereka dewasa kelak.
Para ahli psikologi sepakat bahwa perkembangan kognitif
seorang anak paling tidak dipengaruhi oleh 3 faktor (Berk, 2005). Faktor yang
pertama adalah faktor hereditas, kemudian faktor kematangan individu dan faktor
terakhir adalah faktor belajar.
5. Perkembangan Emosi
Perkembangan emosi anak behubungan dengan seluruh aspek
perkembangan anak. Pada tahap ini emosi anak usia pra sekolah lebih rinci. Anak
cenderung mengekspresikan emosi dengan bebas dan terbuka.
6. Perkembangan sosial
Perkembangan sosial adala perkembangan perilaku anak dalam
menyesuaikan diri dengan aturan masyarakat dimana anak itu berada. Perkembangan
sosial anak merupakan hasil belajar, bukan hanya hasil dari kematangan.
Perkembangan sosial anak diperoleh anak melalui kematangan dan kesempatan
belajar dari berbagai respon terhadap dirinya
Anak usia dini (0–7 tahun) adalah individu yang sedang
mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Bahkan
dikatakan sebagai lompatan perkembangan karena itulah maka usia dini dikatakan
sebagai golden age (usia emas) yaitu usia yang sangat berharga dibanding
usia-usia selanjutnya. Usia tersebut merupakan fase kehidupan yang unik.
B.
Karakteristik
Perkembangan Anak Usia Sekolah
Pada
masa ini anak-anak ini (7-12 tahun), mereka menginjak masa yang lebih luas,
dunia mereka lebih rasional daripada dunia kanak-kanak. Masa ini adalah masa
perkembangan dunia kecerdasan yang lebih luas. Tanda utamanya adalah pengenalan
dan penyelidikan yang lebih luas.
Ciri
perkembangan kejiwaan anak usia sekolah menurut Abu Ahmadi (Sadulloh, 2015:63)
yaitu sebagai berikut:
a) Pertumbuhan
fisik dan motorik maju pesat
b) Kehidupan
sosial diperkaya dengan kemampuan bekerja sama dan bersaing dalam kehidupan
kelompok
c) Mempunyai
kemampuan memahami sebab akibat
d) Dalam
kegiatan-kegiatannya belum membedakan jenis kelamin, dan dasar yang digunakan
adalah kemampuan dan pengalaman yang sama
Masa usia sekolah dasar sebagai masa
kanak-kanak akhir yang berlangsung dari usia tujuh tahun hingga kira-kira usia
sebelas tahun atau dua belas tahun. Karakteristik utama siswa sekolah dasar
adalah mereka menampilkan perbedaan-perbedaan individual dalam banyak segi dan
bidang, di antaranya, perbedaan dalam intelegensi, kemampuan dalam kognitif dan
bahasa, perkembangan kepribadian dan perkembangan fisik anak.
Menurut Piaget ada lima faktor yang
menunjang perkembangan intelektual yaitu : kedewasaan (maturation), pengalaman
fisik (physical experience), penyalaman logika matematika (logical mathematical
experience), transmisi sosial (social transmission), dan proses keseimbangan
(equilibriun) atau proses pengaturan sendiri (self-regulation) Erikson
mengatakan bahwa anak usia sekolah dasar tertarik terhadap pencapaian hasil
belajar.
Bertitik tolak pada perkembangan
intelektual dan psikososial siswa sekolah dasar, hal ini menunjukkan bahwa
mereka mempunyai karakteristik sendiri, di mana dalam proses berfikirnya,
mereka belum dapat dipisahkan dari dunia kongkrit atau hal-hal yang faktual,
sedangkan perkembangan psikososial anak usia sekolah dasar masih berpijak pada
prinsip yang sama di mana mereka tidak dapat dipisahkan dari hal-hal yang dapat
diamati, karena mereka sudah diharapkan pada dunia pengetahuan.
Pada usia ini mereka masuk sekolah
umum, proses belajar mereka tidak hanya terjadi di lingkungan sekolah, karena
mereka sudah diperkenalkan dalam kehidupan yang nyata di dalam lingkungan
masyarakat. Nasution (1992) mengatakan bahwa masa kelas tinggi sekolah dasar
mempunyai beberapa sifat khas sebagai berikut : (1) adanya minat terhadap
kehidupan praktis sehari-hari yang kongkrit, (2) amat realistik, ingin tahu dan
ingin belajar, (3) menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap hal-hal
dan mata pelajaran khusus, oleh ahli yang mengikuti teori faktor ditaksirkan
sebagai mulai menonjolnya faktor-faktor, (4) pada umumnya anak menghadap
tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha menyelesaikan sendiri, (5) pada masa
ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran yang tepat mengenai
prestasi sekolah, (6) anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya,
biasanya untuk bermain bersama-sama.
Dengan karakteristik siswa yang
telah diuraikan seperti di atas, guru dituntut untuk dapat mengemas perencanaan
dan pengalaman belajar yang akan diberikan kepada siswa dengan baik,
menyampaikan hal-hal yang ada di lingkungan sekitar kehidupan siswa
sehari-hari, sehingga materi pelajaran yang dipelajari tidak abstrak dan lebih
bermakna bagi anak. Selain itu, siswa hendaknya diberi kesempatan untuk pro
aktif dan mendapatkan pengalaman langsung baik secara individual maupun dalam
kelompok.
Ada beberapa karakteristik anak di usia Sekolah Dasar yang perlu diketahui
para guru, agar lebih mengetahui keadaan peserta didik khususnya ditingkat
Sekolah Dasar. Sebagai guru harus dapat menerapkan metode pengajaran yang
sesuai dengan keadaan siswanya, maka sangatlah penting bagi seorang pendidik
mengetahui karakteristik siswanya.
Adapun karakeristik anak usia sekolah dasar dibahas sebagai berikut:
a) Karakteristik pertama anak SD adalah senang bermain. Karakteristik ini
menuntut guru SD untuk melaksanakan kegiatan pendidikan yang bermuatan
permainan lebih–lebih untuk kelas rendah. Guru SD diharap merancang model
pembelajaran yang memungkinkan adanya unsur permainan di dalamnya.
b) Karakteristik yang kedua adalah senang bergerak, orang dewasa dapat duduk
berjam-jam, sedangkan anak SD dapat duduk dengan tenang paling lama sekitar 30
menit. Oleh karena itu, guru hendaknya merancang model pembelajaran yang
memungkinkan anak berpindah atau bergerak. Menyuruh anak untuk duduk rapi untuk
jangka waktu yang lama, dirasakan anak sebagai siksaan.
c) Karakteristik yang ketiga dari anak usia SD adalah anak senang bekerja
dalam kelompok. Guru harus merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak
untuk bekerja atau belajar dalam kelompok, serta belajar keadilan dan
demokrasi. Karakteristik ini membawa implikasi bahwa guru harus merancang model
pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar dalam kelompok.
d) Karakteristik yang keempat anak SD adalah senang merasakan atau
melakukan/memperagakan sesuatu secara langsung. Bagi anak SD, penjelasan guru
tentang materi pelajaran akan lebih dipahami jika anak melaksanakan sendiri,
Dengan demikian guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan
anak terlibat langsung dalam proses pembelajaran.
Anak yang
berada di kelas awal SD adalah anak yang berada pada rentangan usia dini. Masa
usia dini ini merupakan masa perkembangan
anak yang pendek tetapi merupakan masa yang sangat penting bagi
kehidupannya. Oleh karena itu, pada masa ini seluruh potensi yang
dimiliki anak perlu didorong sehingga akan berkembang secara optimal.
1)
Perkembangan Intelektual
Pada usia dasar (7-12 tahun) anak sudah dapat mereaksi rangsangan
intelektual atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut kemampuan
intelektual atau kemampuan kognitif (seperti membaca, menulis, dan menghitung).
2) Perkembangan Bahasa
Bahasa adalah sarana berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian ini
tercakup semua cara berkomunikasi, dimana pikirandan perasaan dinyatakan dalam
bentuk tulisan, lisan, isyarat, atau gerak dengan menggunakan
kata-kata,kalimat, bunyi, lambang, gambar, atau lukisan. Dengan bahasa semua
manusia dapat mengenal dirinya, sesama manusia, alam sekitar, ilmu pengetahuan
dan nilai-nilai moral atau agama.
3) Perkembangan Sosial
Pada usia ini anak mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan diri sendiri
(egosentris) kepada sikap yang kooperatif (bekerja sama) atau sosiosentris (mau
memperhatikan kepentingan orang lain).
4) Perkembangan Emosi
Kemampuan mengontrol emosi diperoleh anak melalui peniruan dan latihan
(pembiasaan). Dalam proses peniruan, kemampuan
orang tua dalam mengndalikan emosinya sangatlah berpengaruh pada anak.
5)
Perkembangan Penghayatan Keagamaan
Pada masa ini, perkembangan penghayatan keagamaannya ditandai dengan
ciri-ciri sebagai berikut:
a)
Pandangan dan
paham ketuhanan diperolehnya secara asional berdasarkan kaidah-kaidah logika
yang berpedoman pada indikator alam semesta sebagai manifestasi dari
keagungan-Nya.
b)
Penghayatan
secara rohaniah semakin mendalam, pelaksanaan kegiatan ritual diterima sebagai
keharusan moral.
c)
Periode usia
sekolah dasar merupakan masa pembentukan nilai-nilai agama sebagai kelanjutan
periode sebelumnya.
6)
Perkembangan Motorik
Seiring dengan perkembangan fisiknya yang beranjak matang maka perkembangan
motorik anak sudah terkoordinasi dengan baik.
Sesuai dengan perkembangan fisik (motorik) maka di kelas-kelas permulaan
sangat tepat diajarkan:
a)
Dasar-dasar
keterampilan untuk menulis dan menggambar
b)
Keterampilan
dalam mempergunakan alat-alat olahraga
c)
Gerakan-gerakan
untuk meloncat, berlari, berenang, dsb.
d)
Baris-berbaris secara
sederhana untuk menanamkan kebiasaan, ketertiban dan kedisiplinan.
C.
Karakteristik
Perkembangan Anak Usia Remaja
Masa
remaja (12-17 tahun) sebagai persiapan ke arah kedewasaan didukung oleh
kemampuan dan kecakapan yang dimilikinya ia berusaha untuk membentuk dan
memperlihatkan identitas diri, ciri-ciriyang khas dari dirinya. Dorongan
membentuk dan memperlihatkan identitas diri ini, pada remaja seringkali ekstrim
dan berlebihan, sehingga tidak jarang dipandang oleh lingkungannya sebagai
penyimpangan. Bahkan bisa muncul gejala kenakalan remaja
Secara umum remaja dapat didefinisikan sebagai suatu tahap perkembangan
pada individu, dimana remaja mengalami perkembangan biologis, psikologis, moral
dan agama. Remaja juga merupakan pola identifikasi dari anak-anak menjadi
dewasa. Dapat dikatakan juga, bahwa remaja adalah masa transisi dari periode
anak-anak menuju dewasa. Untuk memudahkan identifikasi, biasanya masa remaja
dibatasi oleh waktu tertentu.
WHO membagi 2
tahap usia remaja yaitu:
a)
Remaja Awal :
10 – 14 tahun
b)
Remaja akhir :
15 – 20 tahun
Oleh karena
itu, anak usia Sekolah Menengah Pertama (SMP) dapat dikategorikan sebagai anak usia remaja awal.
Ciri-ciri Masa
Remaja:
Beberapa perubahan yang terjadi
selama masa remaja.
a) Ciri Fisik/Biologis
Pada saat seorang
anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan menstruasi pertama pada remaja
perempuan dan perubahan suara pada remaja laki-laki.
b)
Ciri Psikologis
Secara umum,
dari sisi psikologis seorang remaja memiliki beberapa cirri sebagai berikut:
·
Kegelisahan
·
Pertentangan
·
Mengkhayal
·
Aktivitas
kelompok
·
Keinginan
mencoba segala sesuatu
Ciri-ciri penting pada masa remaja awal atau anak SMP sebagai berikut:
a.
Pada masa ini
terjadi kematangan alat-alat seksual.
b.
Masa remaja
awal merupakan periode yang singkat.
c.
Masa remaja
awal merupakan masa pertumbuhan dan perubahan yang pesat.
d.
Masa remaja
awal merupakan masa negatif.
Karakteristik perkembangan anak usia remaja adalah sebagai
berikut:
1) Perkembangan fisik
Masa remaja merupakan salah satu diantara dua masa rentangan kehidupan
individu, dimana terjadi pertumbuhan fisik yang sangat pesat. Masa pertama yang
terjadi pada fase pranatal dan bayi. Bagian-bagian tubuh tertentu pada
tahun-tahun permulaan kehidupan secara proporsional terlalu kecil, namun pada
masa remaja proporsionalnya menjadi terlalu besar, karena terlebih dahulu
mengalami kematangan daripada bagian-bagian yang lain. Pada masa remaja akhir,
proporsi tubuh individu mencapai proporsi tubuh orang dewasa dalam semua
bagiannya. Dalam perkembangan seksualitas remaja ditandai dengan dua ciri yaitu
ciri-ciri seks primer dan ciri-ciri seks sekunder.
2) Perkembangan kognitif (Intelektual)
Ditinjau dari perkembangan kognitif menurut Piaget, masa remaja sudah
mencapai tahap operasi formal (operasi= kegiatan-kegiatan mental tentang
berbagai gagasan). Keating merumuskan lima pokok yang berkaitan dengan
perkembangan berpikir operasi formal, yaitu sebagai berikut:
a.
Berlainan
dengan cara berpikir anak-anak yang tekanannya kepada kesadarannya sendiri
disini dan sekarang, cara berpikir remaja berkaitan erat dengan dunia
kemungkinan. Remaja mampu menggunakan abstraksi dan dapat membedakan yang nyata
dan konkret dengan abstrak dan mungkin.
b.
Melalui
kemampuannya untuk menguji hipotesis, muncul kemampuan nalar secara ilmiah.
c.
Remaja dapat memikirkan
tentang masa depan dengan membuat perencanaan dan mengekplorasi berbagai
kemungkinan untuk mencapainya.
d.
Remaja
menyadari tentang aktivitas kognitif dan mekanisme yang membuat proses kognitif
itu efisien dan tidak efisien. Dengan
demikian, introspeksi (pengujian diri) menjadi bagian kehidupannya sehari-hari.
e.
Berpikir
operasi formal memungkinkan terbukanya topik-topik baru dan ekspansi berpikir.
3) Perkembangan Emosi
Masa remaja merupakan puncak emosionalitas, yaitu perkembangan emosi yang
tinggi. Pertumbuhan fisik, terutama ogran seksual mempengaruhi perkembangan
emosi dan dorongan baru yang dialami sebelumnya seperti perasaan cinta. Pada
usia remaja awal, perkembanga emosinya menunjukkan sifat yang sensitif dan
reaktif yang sangat kuat terhadap berbagai peristiwa, emosinya bersifat negatif
dan tempramental.
4) Perkembangan sosial
Pada masa remaja berkembang ”social cognition”, yaitu kemampuan untuk
memahami orang lain. Ramaja memahami orang lain sebagi individu yang unik, baik
menyangkut sifat pribadi, minat,nilai-nilai, maupun perasaannya.
Pada masa ini juga berkembang sikap ”conformity”, yaitu kcenderungan untuk
menyerah atau megikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran atau
keinginan orang lain (teman sebaya).
5) Perkembangan moral
Melalui pengalaman atau berinteraksi sosial dengan orang tua, guru, teman
sebaya atau orang dewasa lainnya, tingkat moralitas remaja sudah lebih matang
jika dibandingkan dengan usia anak. Mereka sudah lebih mengenal tentang
nilai-nilai moral atau konsep-konsep moralitas, seperti kejujuran, keadilan,
kesopanan dan kedisiplinan.
6) Perkembangan kepribadian
Kepribadian merupakan sistem yang dinamis dari sifat-sifat, sikap dan
kebiasaan yang menghasilkan tingkat konsistensi respons individu yang beragam.
Sifat-sifat kepribadian mencerminkan perkembangan fisik, seksual, emosional,
sosial, kognitif dan niali-nilai. Masa remaja merupakan saat berkembangnya
identity (jati diri). Perkembangan ”identity” merupakan isu sentral pada masa
remaja yang memberikan dasar bagi masa dewasa. Apabila remaja gagal
mengintegrasikan aspek-aspek dan pilihan atau merasa tidak mampu untuk memilih,
maka dia akan mengalami kebingungan (confusion).
3.
Pedagogik sebagai proses mendidik
A.
Pengertian Mendidik
Mendidik atau ilmu mendidik
(Pedagogik) adalah ilmu atau teori yang sistematis tentang pendidikan yang
sebenarnya bagi anak atau untuk anak sampai ia mencapai kedewasaan.
Definisi “mendidik” adalah menyediakan sekolah atau
pendidikan; Melatih menggunakan instruksi formal dan seseorang yang ahli
dibidangnya ; Untuk mengembangkan mental, moral dan estetika terutama oleh
pendidik; Untuk menyediakan informasi; Melakukan pendekatan atau mengkondisikan
untuk merasa, mempercayai, atau bertindak dengan cara tertentu.
“Mendidik”
adalah usaha untuk mengantarkan anak didik kearah kedewasaan baik secara
jasmani dan rohani. Mendidik bisa diartikan sebagai upaya pembinaan
secara personal, sikap mental serta akhlak peserta didik. Mendidik tidak hanya
untuk menghantar ilmu pengetahuan (transfer of knowledge) pendidik akan tetapi
menghantarkan nilai-nilai.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas,
mendidik dapat disimpulkan sebagai proses bimbingan dan pengajaran dalam rangka
mengalihkan nilai-nilai, bukan sekedar pengetahuan saja. Mendidik
merupakansuatu pekerjaan yang dipikul oleh guru untuk mengarahkan anak-anak
didik dalam belajar dan dalam berprilaku yang baik, baik itu
dikelas atau di masyarakat.
B.
Ciri-Ciri Mendidik Menurut
Milton Hildebrand Dan Kanneth Feldan
Ciri - ciri mendidik melalui karya Milton Hildebrand dan Kannet Feldman yaitu :
Ciri - ciri mendidik melalui karya Milton Hildebrand dan Kannet Feldman yaitu :
1. Gaya
Mengajar yang Merangsang Belajar
a.
Meyajikan mata pelajaran dengan cara yang menarik dan
melibatkan siswa
b.
Menggukan humor untuk membantu mempertahankan
perhatian siswa
c.
Memperkuat setiap poin utama dengan memberikan contoh,
dan ilustrasi yang bermakna
d.
Mengaitkan materi pelajaran dengan dunia siswa
e.
Mengaitkan mata pelajaran pada pengalaman sebenarnya
dalam dunia nyata
f.
Memusatkan perhatian pada pelajaran yang akan menjadi
bagian pemanen dari kehidupan seseorang dan akan
di gunakan berulang kali si luar sekolah
g.
Mengembangkan rasa ingin tah
h.
Menyediakan waktu untuk membuat siswa secara
psikologis siap untuk belajar
2. Kemampuan
untuk berkomunikasi secara Jelas
a.
Menyampaikan impormasi dengan cara dyang jelas dan
dapat dipahami
b.
Mampu memproduksi pengetahaun sampai pada
komponen-komponen yang paling sederhana
c.
Mengaitkan satu sama lain impormasi yang diberikan
d.
Mengaitkan teori yang, Prinsip-prinsip, dan
konsep-konsep pada penerapan praktis
e.
Merumuskan tujuan belajar dengan jelas dan
memberitahukannya kepada siswa
f.
Menjawab pertanyaan secara tuntas dan bebas
g.
Memberikan umpan balik secara teratur dengan car yang
mendorong siswa belajar
h.
Menjelaskan
kritik yang diberikan kepada siswa.
3. Menguasai
Materi Pelajaran yang Dipegangya
a.
Memiliki pengetahuan yang cukup luas dan mendalam di
bidang yang diajarkan
b.
Memiliki pengetahuan yang mutakhir di bidang ilmu yang
diajarkan
c.
Memilki komitmen terhadap bidang yang menjadi
spesialisnya
d.
Menghubungkan fakta-fakta dan konsep yang lebih
penting kepada bidang studi yang berkaitkan
e.
Mengetahui materi pelajaran dengan cukup baik sehingga
dapat menekankan aspek-aspeknya yang penting-pnting
f.
Memilihara kontak-kontak dengan teman-teman sejawat
dibidangnya (di dalam maupun di luar sekolah)
4. Memilki
antusiasme yang Dinamis
a.
Merasa tertarik dan senang mengajar, menunjukkan hal
itu secara tulus tertarik pada mata pelajaran.
b.
Membuat pelajaran itu menjadi suatu pengalaman yang
menyenangkan
c.
Memancarkan sikap yang positif kea rah kehidupan
secara umum
d.
Mengembangkan gaya kemanusiaanya sendiri yang unik
e.
Mau berusaha lebih keras untuk membuat siswa melakukan
apapun yang diperlukan untuk belajar
5. Memiliki
Kepedulian Pribadi Terhadap Siswa
a.
Secara tulus menghormati siswa dan menunjukkan sikap
peduli dan siap membantu.
b.
Menunjukkan dengan jelas bahwa ia ingin membantu siswa
belajar
c.
Menyediakan waktu dan berusaha untuk mengenal siswa
dan kebutuhan mereka
d.
Bekerja dengan setiap siswa sebagai pribadi
e.
Berbicara dengan siswa menemukan jawaban atas
pertanyaan mereka sendiri
f.
Dihargai karena nasihat-nasihatnya pada hal-hal selain
masalah sekolah, serta dalam kegiatan di dalam kelas
6. Katerampilan
Berintraksi
a.
Melihat kebutuhan siswa dan selalu mengikuti
perkembangan kemajuan tetap siswa
b.
Menggunakan reaksi dan umpan balik dari siswa untuk
meningkatkan dan memandu tindakannya
c.
Secara akurat membaca dan mengomunikasikan
sinyal-sinyal non-verbal
d.
Mengetahui ketika para siswa tidak mengerti
e.
Memandang siswa ketika berbicara kepada mereka, di
dalam atau di luar kelas sekolah- kontak mata menunjukkan adanya kesadaran
sebenarnya
f.
Berusaha agar siswa saling mengenal
g.
Memuji prestasi siwa yang berhasil untuk memotivasi
belajar mereka dimasa mendatang
7. Memiliki
kepribadian yang kuat
a.
Memiliki intrgritas dan kejujuran dalam semua
hubungannya dengan siswa
b.
Mengemukakan di depan semua peraturan dan persyratan
khusus tanpa ada harapan yang disembunyikan
c.
Tidak mengubah peraturan tanpa persetujuan siswa
d.
Sangat berhati-hati dan bertindak adil dalam
memberikan nilai dan ujian
e.
Menjaga kerahasian siswa
f.
Bersedia mengambil resiko untuk berbuat salah dan
kemudian memperbaiki kesalahan yang telah di buatnya
g.
Memiliki kesabaran dan pengertian bagi siswa baru
8. Komitmen
a.
Menunjukkan keinginan tulus untuk mengajar
b.
Menjadikan mengajar sebagai poritas nomor satu
c.
Menerima pembatasan dan kerja yang diperlukan
menjalankan tugas secara benar
d.
Melakukan segala apa yang diperlukan untuk selalu
memberi tahu siswa tentang kemajuan, kebersihan, dan kebutuhannya
e.
Meminta masukan dari siswa, teman sejawat, dan pegawai
administrasi untuk tujuan perbaikan
f.
Menerima kritik dan saran sebagai tanda perubahan yang
positif
g.
Selalu mencari cara-cara mengajar yang baru dan lebih
baik
h.
Berbagi ide-ide terbaik dengan teman sejawat demi
peningkatan propsional mereka2
C. Ciri-ciri guru menurut islam dalam mendidik
generasi masa depan
Ciri-ciri guru menurut islam dalam mendidik generasi masa depan
menurut Imam Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya
Ulumuddin adalah:
1.
Guru mestilah bersifat penyayang terhadap anak
muridnya, Melihat anak muridnya sebagai anak sendiri dalam konteks memberi
pelajaran dan mengasuh.
2.
Menjadikan rasullah sebagai gudwah, Guru hendaklah
menjadikan rasullah sebagai panutannya.
3.
Guru senantiasa menyekat murid-muridnya supaya tidak
memberi tumpuan kepada sesuatu yang belum sampai masanya untuk diberi.
4.
Tidak merendah-rendahkan ilmu tertentu dalam
pengajaran, yakni yang baik itu faedahnya dalam kehidupan manusia, ilmu yang
menunjuk jalan selamat di akhirat.
5.
Guru hendaklah mengikut tahap yang sesuai dengan umur
dan akal pelajar dengan ilmu yang diajar.
6.
Guru hendaklah beramal dengan ilmu. Hendaklah elakkan
apa yang dikatakan sebagai” Doubel standard”. Lain yang dikatakan, lain yang
membuat.
D. Cara-cara
mendidik anak
1.
Didiklah Anak Sesuai Fitrahnya
2.
Seimbangkanlah Pendidikan bagi Buah Hati
Anda
3.
Ajarkanlah Hakikat Sebuah Ibadah
4.
Orang Tua adalah Guru yang Pertama
5.
Ajarkanlah Kesadaran Sedari Dini
6.
Ajarkanlah Pada Anak Kepekaan Hati
Nurani
7.
Tanamkan Pentingnya Niat dan Keikhlasan
sedari Dini
8.
Ajarkan Kebutuhan, Bukan Keterpaksaan
E.
Peran, manfaat, dan keuntungan besar dalam mendidik anak-anak didik
Peran,
manfaat, dan keuntungan besar dalam mendidik anak-anak didik yaitu:
1. Anda
Berperan Penting Memberikan Pondasi Pendidikan Moral
2. Posisi
Anda Bahkan Bisa Mengalahkan Posisi Orang Tua Anak
3. Anda
Menjadi Lebih Kreatif dan Dinamis
4. Perbedaan
Karakter Anak, Memberikan Pemahaman Tentang Psikologi Anak Didik
5. Anda
Bisa Menjadi Penyayang Anak
6. Terkadang,
Kekocakan Anak Bisa Menjadi Hiburan Atas Masalah Anda
7. Anda
Terlihat Lebih Awet Muda
8. Anda
Lebih Nyaman Berada di Sisi Mereka
9. Peran
Anda di Sekolah Dasar Akan Dikenang Hingga Mereka Tumbuh Dewasa
4.
Problematika pedagogik
A.
Pengertian
a.
Pengertian Problematika
Istilah
problema/problematika berasal dari bahasa Inggris yaitu "problematic"
yang artinya persoalan atau masalah. Sedangkan dalam bahasa Indonesia, problema
berarti hal yang belum dapat dipecahkan; yang menimbulkan permasalahan.
Sedangkan
yang lain mengatakan bahwa problema/problematika merupakan suatu
kesenjangan antara harapan dan kenyataan.
Masalah
adalah sesuatu yang dipertanyakan dan sangat penting untuk dipecahkan.
Jadi dapat
disimpulkan bahwa problematika adalah berbagai persoalan yang belum dapat
terselesaikan, hingga terjadi kesenjangan antara harapan dan kenyataan yang
dihadapi dalam proses pemberdayaan.
b.
Pengertian Pedagogik
Pedagogik merupakan ilmu yang membahas pendidikan, yaitu ilmu pendidikan anak.
Menurut Prof. Dr. J. Hoogveld (Belanda) pedagogik adalah ilmu yang mempelajari
masalah membimbing anak ke arah tujuan tertentu, yaitu supaya ia kelak “mampu secara
mandiri menyelesaikan tugas hidupnya”. Jadi pedagogik adalah ilmu mendidik anak.
Langeveld (1980),
membedakan istilah “pedagogik“ dengan istilah “ pedagogi”. Pedagogik di artikan
dengan ilmu mendidik, lebih menitik beratkan kepada pemikiran, perenungan
tentang pendidikan. Suatu pemikiran bagaimana kita membimbing anak, mendididk
anak. Sedangkan istilah pedagogi berarti pendidikan, yang lebih menekankan
kepada praktik, menyangkut kegiatan mendidik, kegiatan membimbimg anak.
Dan ketika
kata Pendidikan ini dialihkan ke kacamata Islam, maka sangat sempurnahlah
maksud dan arti Pendidikan ini. Istilah umum yang digunakan dalam pendidikan
dalam Islam, yaitu Tarbiyah (pengetahuan tentang ar-rabb), Ta’lim (ilmu
teoritik, kreativitas, komitmen tinggi dalam mengembangkan ilmu, serta sikap
hidup yang menjunjung tinggi nilai-nilai ilmiah), Ta’dib (integrasi ilmu dan
amal).
Dari bahasan
di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan dalam Islam adalah suatu sistem yang
memungkinkan seseorang (peserta didik) dapat mengarahkan kehidupannya kepda
kesempurnaan kedewasaan..
B.
Problematika Pedagogik
1. Sekularisme sebagai Paradigma Pendidikan
Sekularisme adalah suatu paham yang memisahkan antara
dunia dan akhirat, kehidupan dunia dan agama, pengalaman agama adalah masalah
pribadi.
2. Rendahnya
Kualitas Sarana Fisik
Untuk sarana
fisik misalnya, banyak sekali sekolah dan perguruan tinggi kita yang gedungnya
rusak, kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah, buku perpustakaan tidak
lengkap.
3. Rendahnya
Kualitas Guru
Keadaan guru
di Indonesia juga amat memprihatinkan. Kebanyakan guru belum memiliki
profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya sebagaimana disebut
dalam pasal 39 UU No 20/2003 tentang Sisdiknas yaitu merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan
dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
4. Rendahnya
Kesejahteraan Guru
Rendahnya
kesejahteraan guru mempunyai peran dalam membuat rendahnya kualitas pendidikan
Indonesia. Berdasarkan survei FGII (Federasi Guru Independen Indonesia) pada
pertengahan tahun 2005, idealnya seorang guru menerima gaji bulanan sebesar Rp
3 juta rupiah.
5. Masih
terdapat sejumlah daerah kekurangan guru
5.
Mendidik itu seni
A. Arti
Mendidik
Pendidikan dimaknai sebagai
proses mengubah tingkah laku anak didik agar menjadi manusia dewasa yang mampu
hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan alam sekitar
dimana individu itu berada. Cara melaksanakan pendidikan disebut mendidik.
Mendidik dan mengajar tidaklah
sama. Mengajar berarti menyerahkan atau menyampaikan ilmu pengetahuan atau
keterampilan dan lain sebagainya kepada orang lain, dengan menggunakan
cara-cara tertentu sehingga ilmu-ilmu tersebut bisa menjadi milik orang lain.
Lain halnya dengan mendidik, bahwamendidik tidak hanya memberikan ilmu
pengetahuan ataupun keterampilan, melainkan juga harus ditanamkan pada anak
didik nilai-nilai dan norma-norma susila yang tinggi dan luhur. Dari pengertian
tersebut dapat kita ketahui bahwa mendidik lebih luas maknanya daripada
mengajar. Mengajar hanyalah alat atau sarana dalam mendidik dan mendidik harus
mempunyai tujuan dan nilai-nilai yang tinggi.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
mendidik itu sebagai suatu usaha untuk mengantarkan anak didik kearah
kedewasaan baik secara jasmani maupun rohani.
B.
Tujuan Mendidik
Perbuatan mendidik diarahkan pada
pencapaian tujuan-tujuan tertentu yaitu tujuan pendidikan. Tujuan-tujuan ini
bisa menyangkut kepentingan peserta didik sendiri, kepentingan masyarakat, dan
tuntutan lapangan pekerjaan atau bahkan ketiga-tiganya yaitu peserta didik,
masyarakat dan pekerjaan sekaligus.
C. Mendidik
Itu Seni
1.
Hakikat seni
Seni adalah segala yang memiliki
nilai keindahan sehingga seseorang menjadi senang ketika melihat atau
mendengarnya. Plato berpendapat bahwa seni adalah peniruan terhadap alam, sehingga
karya seni merupakan tiruan bentuk alam, seperti manusia, binatang, dan
tumbuhan. Seseorang bebas mengekspresikan dirinya dalam berkarya sesuai dengan
apa yang sedang ia rasakan, apa yang ia pikirkan, ataupun apa yang sedang ia
harapkan atau inginkan.
Seni pada dasarnya memiliki tujuan
sebagai penyampaian komunikasi baik berupa gambar kegiatan yang dilakukan
manusia yang menggambarkan kehidupan manusia, maupun yang lainnya. Dahulu seni
juga digunakan sebagai pemujaan sehingga seni dikaitkan dengan hal-hal yang
magis, namun berbeda dengan zaman sekarang seni sudah berkembang dan nilai
fungsinya juga semkain beragam. Seni juga dapat menjadi salah satu media
komunikasi antar satu dengan lainya, dahulu seni dituangkan dalam media kanvas,
tetapi sekarang media yang digunakan dalam seni sudah semakin maju misalnya
media elektronik maupun digital yang lebih banyak menciptakan karya baru. Seni
dapat digunakan dalam media pembelajaran atau pendidikan Karena seni memiliki keberagagaman jenisnya maka seni sangat
fleksibel mampu digunakan dalam segala aspek termasuk dalam dunia pendidikan.
2.
Arti Mendidik Sebagai Seni
Gilbert Highet (1954)
mengibaratkan praktek pendidikan sebagaimana orang melukis sesuatu, mengarang
lagu, menata sebuah taman bunga, atau menulis surat untuk sahabat. Sedangkan
menurut Gallagher (1970) seni mendidik itu merupakan: (1) keterampilan
jenius yang hanya dimiliki beberapa orang; dan (2) mereka tidak dapat
menjelaskan secara sistematis bagaimana mereka mempraktekan keterampilan
itu.Praktek pendidikan diakui sebagai seni, impilkasinya fungsi mendidik yang
utama adalah menghasilkan suatu karya yang utuh, unik, sejati (bukan pura-pura
atau dibuat-buat, anak tidak boleh dikorbankan sebagai kelinci percobaan), dan
tiap pihak memperoleh manfaat. Selain itu, pendidik harus kreatif , skenario
atau persiapan mengajar hanya dijadikan rambu-rambu saja, yang lebih penting
adalah improvisasi. Pendidik harus memperhatikan minat, perhatian, dan hasrat
anak didik.Pengakuan pendidikan sebagai seni, tidak harus menggoyahkan
pengakuan bahwa pendidikan dapat dipelajari secara ilmiah. Idealnya, pendidikan
adalah aplikasi ilmu (ilmu pendidikan) tetapi sekaligus pula adalah seni.
Mendidik adalah seni,
Sejatinya sebuah seni maka karya yang dihasilkan adalah sesuatu yang mengandung
unsur keindahan. Setiap keindahan berasal dari hati yang ikhlas, karena itu
Mendidik bukan beradu otot, mendidik bukan menonjolkan ego karena otot
dan ego bukan berasal hati yang ikhlas. Bukannya keindahan yang dihasilkan
melainkan kerusakan dan kemunduran generasi.Sebuah seni merupakan intisari
ekspresi dari kreativitas manusia. Maka seni itu pasti bisa dirasa, walaupun
rasa itu bisa lahir dari tafsir yang berbeda. Objek seni mendidik adalah anak,
ibarat kanvas bagi pelukis, ibarat tanah liat bagi pengrajin gerabah, bagai
besi bagi sang empu, semuanya berekspresi menghasilkan karya seni yang
berbeda. Begitupun hasil didikan Maka setiap keluarga akan menghasilkan produk
yang berbeda, pemberani, pemarah, pemalas, pemurung, pendiam semuanya adalah
buah seni pendidikan disebuah keluarga.
BAB
3
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pendidik dan anak didik merupakan
dua unsur yang sangat menentukan guna terselenggaranyapendidikan yang efektif
dan efisien. Kedua unsur ini yaitu pendidik dan anak didik merupakan kunci bagi
terjadinya pendidikan.
Pendidik adalah orang yang
membimbing anak, agar si anak tersebut bisa menuju ke arah kedewasaan, dalam
pelaksanaannya dalam keluarga maupun maupun di luar lembaga keluarga.
Anak didik merupakan pihak yang
dibantu oleh pendidik selain tidak berdaya, namun dia memiliki potensi tertentu
untuk berkembang sehingga pedidik harus beruasaha untuk mengembangkan secara
optimal.
Untuk mencapai tujuan pendidikan
yaitu manusia mandiri dan manuisa dewasa, maka diperlukan interaksi pedagogis.
Interaksi pedagogis ini pada dasarnya adalah komunkasi timbal balik antara anak
didik dengan pendidik yang terarah kepada tujuan pendidikan. Jadi interaksi
pedagogis merupakan pergaulan pendidikan yang mengarah kepada tujuan
pendidikan.
B.
Saran
Dalam dunia pendidikan, pendidik dan
anak didik merupakan kunci terjadinya pendidikan. Pendidik dan naak didik harus
dapat memahami peranannya masing-masing agar terjadi proses interaksi
pedagogis.
Terjadinya perkembangan zaman,
diharapkan pendidik mampu mengarahkan anak didik agar mampu menghhadapi
kehidupan dan berbagai aspek pendidikan. Keberhasilan pendidik ada apda anak
didik dan sebaliknya, oleh karena itu harus menjaga komunikasi yang baik dalam
interaksi atau di luar pendidikan