SD INPRES AMPIRI

TIDAK ADA PENGUMUMAN

Jumat, 18 September 2015

Mengapa mereka tinggal berdiri ketika adzan

Berdiri ketika adzan berkumandang
Kita mungkin melihat, banyak orang yang berdiri didalam masjid ketika adzan sedang dikumandangkan…

Maka janganlah disalahpahami, kalau berdiri-nya mereka itu adalah “amalan khusus” ketika mendengar adzan! Bukan!

Ketahuilah, mereka yang sedang berdiri itu dikarenakan:

1. Mereka belum menunaikan Shalat Tahiyatul Masjid.

Sabda Nabi shallallaahu ‘alayhi wa sallam :-

إذا دخل أحدكم المسجد فلا يجلس حتى يصلي ركعتين

“Apabila salah seorang dari kamu memasuki masjid, janganlah dia duduk sehingga solat DUA rakaat”

[Muttafaq ‘alaih]

Sebelum seseorang itu duduk didalam masjid, di-SUNNAH-kan dia menunaikan Shalat Tahiyatul al-masjid, walaupun Imam sudah mulai membaca khutbah.

2. Dia ingin menunda shalat Tahiyatul al-masjid kerana ingin menjawab ADZAN (terlebih dahulu, sampai selesai).

Dengan itu dia sedang memburu tiga pahala, yaitu :-

# menjawab Azan,

# berdo’a selepas Azan

# melakukan Solat Tahiyatul masjid (atau digabungkan niatnya dengan shalat wudhu, dan/atau digabungkan niatnya dengan shalat qabliyah)

Maka BUKANLAH seseorang itu berdiri karena menghormati Azan. Tidak ada dalil yang menyokong perbuatan ini! Menghormati Azan adalah dengan cara menjawabnya. Sebagaimana menghormati dan memuliakan masjid ialah dengan melakukan Solat Tahiyatul Masjid sebelum duduk.

Adapun untuk kasus Azan KEDUA pada hari Juma’at, para ulama’ mengatakan tidak perlu menjawab Adzan tersebut, yaitu dengan bersegera menunaikan shalat Tahiyatul Masjid, supaya dapat segera bersiap-siap untuk mendengar khutbah Juma’at.

Maka agak aneh, jika kita dapati seseorang yang ikut berdiri bersama orang-orang berdiri, namun ia tidak menjawab adzan (sebagaimana orang yang berdiri tersebut).

Demikian pula, agak aneh; apabila seseorang sudah tahiyatul masjid, kemudian hanya karena adzan dia yang tadinya sudah duduk, maka lantas berdiri. Padhaal cukup dia menjawab adzan sambil duduk, dan tidak disyaratkan ketika menjawab adzan itu harus dengan berdiri.

Semoga bermanfaat

Minggu, 13 September 2015

Heheheheheh....


Kamis, 10 September 2015

Soal UTS Bahasa Bugis Kelas 6 Semester 1

dapat anda download pada link berikut,selanjutnya edit dengan menyesuaikan font LONTARA yang ada di komputer anda. silahkan di picit disini

Selasa, 08 September 2015

Nenek Pakande

"NENEK PAKANDE"
Kalau anda orang bugis, pasti sering mendengar Nenek Pakande. Nenek Pakande merupakan tokoh dongeng yang melegenda dikalangan masyarakat bugis. Nenek Pakande biasa disebut nenek moyang kita untuk menakuti anak-anak kecil yang sering menangis " pajani teri engka tu matu nenek pakande" (berhenti menangis datang nanti nenek pakande), itulah ucapan yang sering dilontorkan nenek kita ketika ada anak kecil yang sedang menangis.

Nenek pakande dalam dongeng adalah seorang nenek siluman  pemangsa anak kecil. nenek pakande biasa beraksi setelah matahari tenggelam, atau dalam bugis dikenal Labu Esso. tidak sedikit anak kecil hilang secara misterius, diyakini pada saat itu merupakan korban nenek pakande.

keberadaan nenek pakande sangat merasahkan masyarakat, oleh karena itu pemanku adat melakukan rapat atau dalam bugis disebut Tudang Sipulung. Dalam Tudang Sipulung diwacanakan  hanya ada satu yang bisa mengalahkan nenek pakande yaitu Raja La Bangkung(Rraja Bangkung merupakan sosok manusia raksasa). Namun para peserta tudang sipulung tidak mengetahui keberadaan Raja La Bangkung.

La Beddu yang merupakan orang ikut dalam acara tudang sipulung tersebut mengusulkan dirinya bisa menyamar menjadi Raja La Bangkung, namun orang yang ikut tudang sipulung tersebut meragukan usulan La beddu pasalnya tubuh La Beddu pendek dan kecil.

Tidak ada solusi yang bisa disepakati dalam tudang sipulung tersebut, terpaksa usulan La Beddu diterimah, namun La beddu memiliki beberapa permintaan, yaitu  meminta disediakan bayi  untuk memancing Nenek Pakande, Busa sabun yang banyak, Salaga ( alat garapan padi masyarakat bugis), dan tali yang panjang.

Setelah permintaan La Beddu disediakan, dibawahlah bayi kerumah La La Beddu dan segala permintaannya, bersembunyilah La beddu di "rakkiang" ( tempat penyimpanan padi masyarakat bugis yang di buat dibawa atap rumah), pada Saat Labu Esso, akhirnya tangisan si bayi terdengar oleh Nenek Pakande, Nenek Pakande pun datang kerumah La beddu untuk memakan si bayi, pada saat ingin memakan si bayi, bersuaralah La beddu dari "rakkiang"

" hae nenek pakande jaganlah kau memakan bayi itu, itu adalah milikku " teriak La beddu. " siapa kamu ?" tanya nenek pakande, " saya  raja La Bangkung" jawab La Beddu " bohong, raja La bangkung suda tidak ada" balas nenek pakande " kalau kau tidak percaya lihat ludah ku " dilemparlah busa sabun yang dikumpulkan tadi oleh labeddu, nenek pakande pun terkejut, karena ludahnya memang cukup banyak, sebanyak ludah raja La Bangkung, karena merasa belum percaya, nenek pakande, meminta bukti yang lain, " apa lagi yang bisa membuktikan kalau kau ini raja La Bangkung" teriak nenek pakande. La beddu pun melempar salaga, ini sisir ku, (sekedar diketahui salaga memang berbetuk seperti sisir" nenek pakande tambah terkejut karena sisir yang diakui raja La Bangkung memeang besar, namun nenek pakande mencoba menenangkan diri, dan belum percaya sepenuhnya sehingga meminta bukti kembali, " apa lagi yang kau miliki" tanya nenek pakande. La Beddu pun melempar tali, " ini rambutku yang panjang" melihat tali yang dikiranya rambut itu, nenek pakande lari terbirit birit karena ketakutan, karen percaya bahwa diatas rakking itu adalah raja labangkung yang bisa memakannya.

setelah itu nenek pakande pun tidak perna muncul, sampai pada saat ini, hanya nama yang sering diucapkan oleh nenek kita.  

Legenda "POPPO DAN PARAKANG"

LEGENDA "POPPO DAN PARAKANG"
Poppo’ atau ada juga yang menyebutnya Peppo’ menurut kepercayaan orang di tanah bugis adalah sejenis siluman perempuan yang bisa terbang. Ada sebuah kisah tentang poppo yang konon pernah terjadi di sebuah kampung. Suatu hari, Puang Imang bersama semua keluarganya meninggalkan rumahnya karena seorang keluarganya mengadakan pesta pernikahan di daerah lain. Malam harinya, rumah Puang Imang dimasuki oleh poppo yang, sekali lagi, konon ingin mencuri. Setelah barang-barang yang mau dibawa pergi telah dibungkus dengan sarung, poppo itu tak bisa keluar dari rumah Puang Imang. Katanya, menurut pengakuan poppo itu, ia melihat dirinya dikepung air—seperti laut yang tak memiliki pantai.

Setelah Puang Imang kembali, ia menemukan poppo telah berubah wujud menjadi seorang perempuan cantik berambut panjang telanjang berdiri di ruang tengah rumahnya. Ternyata rumah Puang Imang, sebelum ditinggalkan, telah disappo (dipagari) dengan baca-baca (mantera) sehingga poppo itu tak bisa keluar. Poppo itu kemudian diberi sehelai pakaian oleh istri Puang Imang dan dibiarkan pergi. Namun sebelumnya untuk membuat perempuan itu jera, rambut panjangnya dipotong nyaris habis.

Poppo menurut kepercayaan orang bugis selain dikenal sebagai hantu pencuri juga suka mengisap darah, utamanya perempuan yang sedang melahirkan. Poppo dipercaya juga suka berada di kebun jagung atau kebun di mana banyak buah-buahan. Kesukaan poppo berada di pohon yang berbuah itu kadang digunakan oleh orang (yang berani) di musim mangga berbuah. Poppo yang ‘hinggap’ di cabang pohon mangga akan menjatuhkan buah-buah mangga matang sesuai permintaan sang pemilik.

Tentang parakang, selain suka mengisap anus orang sakit ada beberapa hal menarik lainnya. Jika seorang parakang sedang sekarat menghadapi sakratul maut, ia akan tarus mengulang-ulang kata (l)emba (pindah) sampai ada seorang dari keluarganya yang mengiyakannya. Setelah itu, orang yang mengiyakan itu akan menjadi parakang selanjutnya. Jika menemukan parakang, misalnya dengan wujud pohon pisang, orang dianjurkan untuk memukulnya sekali atau tiga kali saja. Jika sekali pukul dipercaya akan membunuhnya dan tiga kali akan membuatnya cacat. Itulah mengapa perempuan tetangga saya yang pindah itu dianggap parakang karena berjalan seperti orang dengan lutut kesakitan. Menurut orang-orang, suatu malam, perempuan itu tertangkap basah berwujud kambing dan dipukul dengan potongan kayu dilututnya sebanyak tiga kali. Sejak saat itulah ia berjalan dengan cara yang aneh. Dua hantu itu, parakang dan poppo adalah hantu paling populer di kampung kami. Saking populernya sewaktu saya masih anak-anak Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila atau P4 kami plesetkan menjadi poppo, parakang pakkanre pello (poppo, parakang pemakan rektum).

Poppo dan Parakang bagi orang bugis dipercayai adalah semacam hukuman turun temurun akibat  kesalahan atau pelanggaran nenek moyangnya sehubungan dengan ilmu hitam yang dipelajarinya di masa lampau.

Senin, 07 September 2015

SURAT PENGANTAR PRAJAB

PUISI PAHLAWANKU

Pahlawanku

Pahlawanku...
Bagaimana Ku bisa
Membalas Jasa-jasamu
Yang telah kau berikan untuk bumi pertiwi

Haruskah aku turun ke medan perang
Haruskah aku mandi berlumuran darah
Haruskah aku tersusuk pisau belati penjajah
Aku tak tahu cara untuk membalas Jasa-jasamu

Engkau relakan nyawamu
Demi suatu kemerdekaan yang mungkin
Tak bisa kau raih dengan tanganmu sendiri
Pahlawanku engkaulah bunga bangsa
(Puisi Karya Rezha Hidayat)

Alokasi waktu belajar per minggu