BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah
Peningkatan sumber daya manusia sangat penting diperlukan dalam pembangunan bangsa dan negara. Peningkatan sumber daya manusia hanya bisa dilakukan melalui pendidikan. Untuk itu upaya peningkatan mutu pendidikan harus dilakukan dengan berbagai cara inovatif terutama di sekolah sekolah khususnya. Dalam rangka peningkatan mutu pendidikan disekolah, maka tidak terlepas dari tugas seorang guru sebagai pendidik maupun sebagai pengajar.
Tugas sebagai guru senantiasa dituntut untuk meningkatkan hasil belajar melalui inovasi inovasi dalam proses pembelajaran. Namun kenyataannya banyak kendala yang dihadapi guru terutama dalam proses belajar mengajar di kelas
Kendala yang dihadapi oleh siswa sekolah adalah persepsi tentang materi utamanya materi pelajaran IPA yang sifatnya abstrak dan teoritis sehingga memungkinkan siswa sulit memahami dan menyerap materi pelajaran IPA dengan baik tanpa melihat contoh yang kongkrit atau riil, sehingga membuat siswa merasa jenuh dengan apa yang disampaikan oleh guru. Tingkah laku siswa juga masih bersifat individual kompetatif, apalagi siswa kelas I SD yang masih baru dengan lingkungan sekolah dan mempunyai daya nalar yang masih rendah. Kendala lain yang dihadapi adalah masih budayakan belajar hafalan yang akan dilakukan siswa menjelang ujian masih rendahnya minat siswa dalam belajar, suasana lingkungan belajar yang kurang menyenangkan utamanya pada saat jam pelajaran di siang hari, selain itu aktivitas siswa di kelas yang cenderung bermain main seperti halnya ribut dengan teman, keluar masuk kelas yang saling menganggu.Akibatnya dari semua ini dapat menyebabkan rendahnya hasil belajar.
B. Identifikasi Masalah
Hasil pengamatan di lapangan kendala yang dihadapi oleh siswa sekolah adalah persepsi tentang materi utamanya materi pelajaran IPA yang sifatnya abstrak dan teoritis sehingga memungkinkan siswa sulit memahami dan menyerap materi pelajaran IPA dengan baik tanpa melihat contoh yang kongkrit atau riil, sehingga membuat siswa merasa jenuh dengan apa yang disampaikan oleh guru, tingkah laku siswa juga masih bersifat individual kompetatif.
Kendala kendala yang dihadapi dalam pembelajaran IPA tersebut dapat diatasi dengan menerapkan model yang lain atau model pembelajaran yang tepat. Pengembangan model dilakukan agar siswa tidak bosan dengan penggunaan satu metode misalnya model ceramah saja. Model yang dapat digunakan untuk dapat merangsang minat dan aktivitas belajar peserta didik serta pemahamannya terhadap apa yang sedang dipelajarinya adalah pembelajaran yang mengarah kepada bimbingan yang sifatnya mengajak kerjasama dan siswa berinteraksi dengan satu dengan yang lain dan guru menggunakan media (Gambar).
Pembelajaran dengan penggunaan media merupakan salah satu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan kurikulum. Model pembelajaran ini sangat baik diterapkan pada siswa karena mengajak kepada siswa menerima pelajaran dengan menggunakan dua indra yaitu indra penglihatan dan indra pendengar, dapat secara langsung objek yang ada dihadapan mereka seolah olah membawa ke dunia nyata serta tidak membuat siswa seakan mengkhayal.
C. Rumusan Masalah
Yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian adalah :
Apakah hasil belajar IPA Kelas I SD Inpres Balang Boddong I Makassar dapat meningkat melalui model pembelajaran kooperatif type STAD?
D. Pemecahan Masalah
Selanjutnya adalah membuat kelas menjadi menarik agar siswa tetap termotivasi untuk belajar, melalui :
a. Menggunakan berbagai cara dan prosedur dalam mengajar dan kegiatan belajar.
b. Pelihara agar siswa tetap aktif.
c. Memberikan kemungkinan untuk memberi tugas berdasarkan kemampuan, minat dan kebutuhan siswa.
d. Disamping itu, guru harus menciptakan suasana kelas yang bernilai bagi siswa.
e. Bagi anak yang tidak bisa diam dan suka membuat keributan dapat ditenangkan dengan pertanyaan yang keras atau diberikan tugas tertulis.
e. Memberikan pertanyaan kepada siswa
f. Mengajak anak untuk bekerjasama dengan teman-temannya sebagai penugasan khusus.
E. Hipotesis Penelitian
Dengan melalui model pembelajaran kooperatif type STAD hasil belajar IPA siswa Kelas I SD Inpres Balang Boddong I Makassar dapat meningkat.
F. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPA kelas I SD Inpres Balang Boddong I Makassar melalui penerapan model pembelajaran kooperatif type STAD.
G. Manfaat Penelitian
a. Bagi Guru : Memberikan sumbangan yang sangat berharga dalam rangka menyempurnakan pembelajaran IPA melalui pengajaran yang tepat di dalam kelas
b. Bagi Sekolah : Sebagai suatu pertimbangan untuk mempersiapkan perangkat yang digunakan dalam penggunaan model pembelajaran pada pelajaran IPA dan pelajaran lain pada umumnya agar proses mengajar dapat berlangsung lebih optimal
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Hakekat dan Minat Belajar
Minat belajar merupakan langkah awal yang dilakoni oleh siswa untuk pencapaian hasil belajar yang optimal setelah mengikuti proses belajar mengajar, perubahan tingkah laku tanpa usaha bukanlah hasil belajar, kegiatan dan usaha untuk mencapai perubahan tingkah laku merupakan proses belajar, sedangkan perubahan tingkah laku itu sendiri merupakan hasil belajar.
Minat belajar mempunyai peran penting dalam pendidikan, bahkan menentukan kualitas belajar yang dicapai oleh siswa pada bidang studi yang dipelajari. Murid yang cerdas dapat dengan cepat menciptakan lingkungan belajar yang mendorong perkembangan intelektual dirinya dalam bentuk macam macam kegiatan yang dapat meningkatkan hasil belajarnya.
Peningkatan hasil belajar ditentukan oleh tingkat kemauan siswa untuk belajar secara bermakna dan terus menerus. Minat dan kemauan belajar siswa yang kurang, memberi hasil yang kurang pula. Jika kemauan belajar IPA tinggi diharapkan hasil belajar siswa di sekolah juga tinggi.
Dalam banyak kasus perbuatan siswa seperti itu tidak lebih dari bukti bahwa mereka adalah anak anak yang masih berusia dini dimana masih sedang mengalami perkembangan, masih banyak membutuhkan didikan seperti halnya di kelas I SD Inpres Balang Boddong I Makassar masih banyak diantara mereka yang tidak terlalu menghiraukan atau mengabaikan etika dalam belajar utamanya dalam belajar Ilmu Pengetahuan Alam atau biasa disebut dengan SAINS
Siswa terkadang mengabaikan aturan dalam kelas pada waktu pembelajaran sedang berlangsung, banyak diantara mereka yang kurang serius dan ribut dalam menerima pelajaran dan terkadang pada saat pelajaran berlangsung siswa masih berkeliaran dalam kelas. Namun, hal itu semestinya dijaga untuk tidak terjadi secara terus menerus.
B. Pembelajaran IPA
Pada dasarnya manusia ingin tahu lebih banyak tentang IPA atau Sains, antara lain sifat sains, model sains, dan filsafat sains. Pada saat setiap orang mengakui pentingnya sains dipelajari dan dipahami, tidak semua masyarakat mendukung. Pada umumnya murid merasa bahwa sains sulit, dan untuk mempelajari sains harus mempunyai kemampuan memadai seperti bila akan menjadi seorang ilmuan. Ada tiga alasan perlunya memahami sains antara lain, pertama bahwa kita membutuhkan lebih banyak ilmuan yang baik, kedua untuk mendapatkan penghasilan, ketiga karena tiap kurikulum menuntut untuk mempelajari sains.
C. Model Pembelajaran IPA
Model pengajaran yang diterapkan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif type STAD. Model pembelajaran ini adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.
Strategi pembelajaran ini dipandang sebagai sikap ilmiah yang mencakup rasa ingin tahu, berusaha untuk membuktikan menjadi skeptis, menerima perbedaan, bersikap kooperatif, menerima kegagalan sebagai suatu hal yang positif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada hakekatnya sains terdiri atas tiga komponen, yaitu produk, proses, dan sikap ilmiah. Jadi tidak hanya terdiri atas kumpulan pengetahuan atau fakta yang dihafal, namun juga merupakan kegiatan atau proses aktif menggunakan pikiran dalam mempelajari rahasia gejala ala berangkat dari asumsi bahwa sejak manusia lahir ke dunia, manusia memiliki dorongan untuk menemukan sendiri pengetahuannya.
Pernyataan di atas selaras dengan pendapat Carin yang menyatakan bahwa sains sebagai produk atau isi mencakup fakta, konsep, prinsip, hukum-hukum dan teori sains.
Ada hal yang menjadi ciri utama strategi pembelajaran kooperatif type STAD :
1. Siswa bekerja dalam kelompok kooperatif untuk menuntaskan materi;
2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah;
3. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku jenis kelamin berbeda-beda;
4. Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu
Strategi model pembelajaran kooperatif type STAD ini yang diterapkan di kelas I merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada siswa, dimana pembelajaran ini menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen). Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok,setiap kelompok akan memperoleh penghargaan.Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward), jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan (Sanjaya, 2007).
Proses dan hasil belajar peserta didik bergantung pada kompetensi guru dan ketrampilan mengajarnya. Oleh karena itu, guru harus mampu mengaktualisasikan dalam pembelajaran. Dalam hal ini, guru harus mampu menciptakan pembelajaran aktif, kreatif, dan menyenangkan (PAKEM).
Pembelajaran aktif merupakan pendekatan pembelajaran yang lebih banyak melibatkan aktivitas peserta didik dalam mengakses berbagai informasi dan pengetahuan. Pembelajaran kreatif merupakan proses pembelajaran yang mengharuskan guru untuk dapat memotivasi dan memunculkan kreativitas peserta didik selama pembelajaran. Pembelajaran merupakan suatu proses yang di dalamnya terdapat sebuah kohesi yang kuat antar pendidik dan peserta didik
Siswa lebih memilki kemungkinan menggunakan tingkat berfikir yang lebih tinggi selama dan setelah diskusi dalam kelompok kooperatif daripada mereka bekerja secara individual atau kompetatif. Jadi materi yang dipelajari siswa akan melekat untuk periode waktu yang lebih lama (Muslimin dkk, 2000)
Tugas tugas belajar yang kompleks seperti pemecahan masalah, berfikir kritis dan pembelajaran konseptual meningkat secara nyata pada saat digunakan strategi strategi pembelajaran dan pengelolaan kelas (Supardi : 2008).
Dengan demikian, dalam strategi model pembelajaran kooperatif type STAD siswa tak hanya dituntut agar menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat, dan Waktu Pelaksanaan
Tempat Penelitian ini adalah SD Inpres Balang Boddong I Makassar dan pelaksanaannya dimulai pada Bulan Agustus 2010 sampai tanggal Oktober 2010
B. Subjek Penelitian dan Alat Pengumpulan data
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas I SD Inpres Balang Boddong I Makassar yang berjumlah 40orang dan data diperoleh melalui 2 instrumen, yaitu data tentang aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung yang diperoleh melalui lembara observasi, dan data tentang hasil belajar siswa dengan menggunakan tes hasil belajar yang telah disediakan
C. Langkah Langkah pembuatan Pra Pembelajaran
a. Menelaah materi pelajaran IPA siswa kelas I SD Inpres Balang Boddong I Makassar.
b. Menentukan materi yang akan diajarkan dalam pelaksanaan siklus 1
c. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk setiap kali pertemuan
d. Mempersiapkan bahan (media) yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan
e. Membuat dan menyusun alat evaluasi.
D. Implementasi RPP dan Evaluasi di Kelas
Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Siklus pertama terdiri atas tiga kali tatap muka dan siklus kedua terdiri dari dua kali tatap muka dilaksanakan sesuai dengan proses pembelajaran dan hasil pembelajaran yang ingin di capai.
Untuk akhir siklus diberikan tes evaluasi sebagai hasil belajar yaitu sebagai alat untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemahaman konsep IPA dikelas I.
Secara rinci proses pembelajaran yang akan dilakukan dalam pelaksanaan penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Siklus 1
Pada siklus 1 materi yang diajarkan adalah pokok bahasan yang dilakukan.tiga kali pertemuan dengan alokasi waktu dengan rincian kegiatan sebagai berikut :
a. Tahap Pelaksanaan Tindakan
· Pada tahap ini, kegiatan pembelajaran dilakukan sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran yang telah dipersiapkan dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif STAD
· Mengamati perilaku siswa selama berlangsungnya proses belajar mengajar pada lembar observasi.
· Membimbing siswa yang mengalami hambatan atau kesulitan dalam belajar.
· Mengadakan evaluasi 1, yaitu memberikan tes hasil belajar.
b. Tahap observasi
Pada tahap ini dilakukan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat. Data yang di observasikan adalah keaktifan belajar siswa, kehadiran, tingkat pemahaman selama mengikuti prose belajar mengajar.
- Siklus II
Kegiatan yang dilakukan pada siklus II ini relatif sama dengan perencanaan dan pelaksanaan dalam siklus I dengan lebih memperbaiki proses cara pembelajaran dikelas sesuai kenyataan yang ditemukan di lapangan yaitu pada kelas I.
Secara rinci hal-hal yang perlu dilakukan pada siklus II ini adalah sebagai berikut :
a. Tahap Perencanaan
Sebelum memulai siklus II, peneliti harus mempersiapkan semua materi dalam proses pembelajaran di kelas, kemudian peneliti juga menelaah kurikulum Tingkat Satuan Penddikan untuk mengatur sedemikian rupa sehingga materi selanjutnya diajarkan selama 5 kali pertemuan.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
· Mengerjakan materi pelajaran sesuai Rencana Pembelajaran (RPP) yang dipakai dalam strategi pembelajaran kooperatif type STAD
· Mengamati perilaku siswa selama berlangsungnya proses belajar mengajar pada lembar observasi.
· Mengadakan evaluasi, yakni memberikan tes hasil belajar
c. Tahap observasi
Secara umum tahap observasi ini sama seperti pada pelaksanaan observasi siklus 1.
d. Tahap refleksi
Data yang diperoleh pada tahap observasi selanjutnya dianalisis baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif.
Berdasarkan hasil analisis tersebut, selanjutnya terhadap hasil yang telah dicapai termasuk hambatan dan kendala yang dihadapi. Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas I SD Inpres Balang Boddong I Makassar. Jenis data yang akan dikumpulkan data dua yaitu data kuantitatif yang diperoleh dari hasil evaluasi akhir setiap siklus dan data kualitatif yang diperoleh dari hasil/observasi dan tanggapan siswa.
Kriteria untuk menentukan kategori adalah berdasarkan teknik kategori standar yang ditetapkan oleh Departemen Pendidikan dan kebudayaan (1993:6) sebagai berikut :
1. Nilai 0 – 34 : dikategorikan “sangat rendah”
2. Nilai 34 – 54 : dikategorikan “rendah”
3. Nilai 55 – 64 :dikategorikan “sedang”
4. Nilai 65 – 84 : dikategorikan “tinggi”
5. Nilai 85 – 100 : dikategorikan “sangat tinggi”
BAB IV
HASIL PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Hasil pelaksanaan aktivitas siswa selama proses pembelajaran pada siklus I dan siklus II
Data hasil aktivitas siswa kelas I pada siklus I dan siklus II terhadap model pembelajaran kooperatif type STAD diperoleh melalui lembar pengamatan dapat dilihat pada tabel 1 distribusi dan persentase aktivitas siswa pada siklus I dan II berikut ini :
Tabel 1. Distribusi dan Persentase Aktivitas Siswa Selama Proses Pembelajaran Siklus I dan Siklus II
No | Aktivitas | Siklus I | Siklus II | ||||
Pertemuan | Pertemuan | ||||||
I | II | Rata2 | I | II | Rata2 | ||
1 | Memperhatikan penjelasan guru | 29 | 30 | 29,5 | 32 | 32 | 32,0 |
2 | Mengajukan pertanyaan | 5 | 8 | 6,5 | 7 | 7 | 7,0 |
3 | Menjawab pertanyaan | 10 | 10 | 10 | 11 | 13 | 12,0 |
4 | Mengajukan tanggapan | 2 | 0 | 1 | 3 | 3 | 3,0 |
5 | Mencatat tugas/penjelasan yang diberikan guru | 8 | 9 | 8,5 | 11 | 12 | 11,5 |
6 | Kerjasama dalam kelompok | 17 | 25 | 21 | 31 | 33 | 32,0 |
7 | Meminta bimbingan guru saat kerja LKS | 8 | 10 | | 9 | 14 | 11,5 |
8 | Fasif (diam terus) | 9 | 8 | 8,5 | 2 | 3 | 2,5 |
9 | Berbicara hal lain | 9 | 7 | 8 | 5 | 3 | 4,0 |
10 | Aktifitas menganggu (keluar masuk kelas) | 2 | 2 | 2 | 2 | 0 | 1,0 |
1. Pembahasan Aktivitas Siswa Pada Siklus I dan Siklus II
a. Aktivitas Siswa Siklus I
Pada siklus I, semangat minat dan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar dalam menjawab pertanyaan lisan guru, bertanya tentang materi yang dibahas serta mengajukan tanggapan dapat dikatakan kurang sekali, hal tersebut hanya dilakukan oleh siswa yang tergolong pintar. Tampak sekali tiap siswa yang hanya pasif dan hanya mendengarkan serta mencatat saja tiap materi yang diajarkan
Pada pertemuan kedua dan berakhirnya siklus pertama, semangat siswa untuk menyelesaikan soal secara kelompok sudah tampak. Walaupun masih ada siswa yang masih pasif. Hal ini terlihat dari kurang kompaknya setiap kelompok dan kurang komunikasinya antara anggota kelompok serta masih banyak siswa yang meminta bimbingan kepada guru sebelum melakukan diskusi dengan teman sekelompoknya bahkan ad kelompok yang anggotanya tidak mau naik menuliskan jawabannya di papan tulis.
Dari hasil pengamatan diketahui bahwa diantara mereka ada yang tidak menerima dikelompokkan dengan teman sekelompoknya, karena mereka ingin memilih anggota kelompoknya sendiri.
Setiap selesai proses pembelajaran, guru selalu memberikan pekerjaan rumah dengan tujuan agar siswa mau belajar dan melatih diri dalam menyelesaikan soal-soal yang ada dan dikumpul pada pertemuan berikutnya. Model Pembelajaran Kooperatif STAD pada fase terakhir adalah pemberian penghargaan baik secara individu maupun kelompok.
b. Aktivitas Siswa Siklus II
Adapun pembahasan perubahan sikap siswa pada siklus II adalah sebagai berikut:
1. Kehadiran siswa semakin meningkat dan semangat memperhatikan pelajaran semakin terlihat, walaupun masih ada beberapa siswa yang kadang melakukan kegiatan lain ketika guru sedang menjelaskan.
2. Sudah terlihat keseriusan siswa dalam menyelesaikan soal-soal serta sudah terlihat kekompakan dalam kelompoknya.
3. Keaktifan siswa dalam proses belajar menjawab pertanyaan maupun bertanya tentang materi yang dibahas. Mereka saling bersaing ingin kelompoknya yang unggul.
4. Siswa sudah mampu mengerjakan soal latihan dengan meminta bimbingan dari guru serta bertanya kepada teman sekelompoknya.
5. Siswa yang mengerjakan di papan tulis dengan benar semakin meningkat berkat adanya kerjasama anggota kelompoknya.
6. Pada siklus II ini siswa sudah mulai berani mengangkat tangan dan mempresentasikan hasil kerjasama mereka.
B. Hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II
Data hasil belajar siswa kelas I pada siklus I dan siklus II yang berbentuk ulangan harian yang dilaksanakan setelah tiap akhir siklus dapat dilihat pada tabel 2 distribusi, frekuensi dan persentase kategori hasil belajar IPA siswa pada pembelajaran dari siklus I dan siklus II berikut ini :
Tabel 2. Distribusi, Frekuensi dan Persentase Kategori Hasil Belajar IPA Siswa Pada Pembelajaran Kooperatif Type STAD Pada Siklus I dan Siklus II
Interval Nilai | Kategori | Frekuensi | Persentase (%) | ||
Siklus I | Siklus II | Siklus I | Siklus II | ||
0-34 | Sangat rendah | 0 | 0 | 0 | 0 |
35-54 | Rendah | 0 | 0 | 0 | 0 |
55-64 | Sedang | 14 | 4 | 41,1 | 11,7 |
65-84 | Tinggi | 20 | 24 | 58,8 | 70,6 |
85-100 | Sangat tinggi | 0 | 6 | 0 | 17,6 |
Jumlah | - | 34 | 34 | 100 | 100 |
Tabel 2 ini menunjukkan bahwa dari 40 siswa kelas I SD Inpres balang boddong I Makassar telah mengalami peningkatan hasil belajar dengan perincian sebagai berikut :
ü Pada kategori sangat tinggi dari siklus I belum ada siswa yang mendapat nilai kemudian pada siklus II sudah 6 siswa yang berada pada kategori tinggi dengan persentase 17,6 Ini berarti siswa pada kategori sangat tinggi telah mengalami peningkatan sebesar 17,6 %
ü Pada kategori tinggi dari siklus I yakni 20 siswa dengan presentase 58,8 kemudian siklus II menjadi 24 siswa dengan persentase 70,6. Ini berarti siswa pada kategori tinggi telah mengalami peningkatan sebesar 11,8 %
ü Pada kategori sedang dari siklus I yakni 14 siswa dengan persentase 41,1 dan pada siklus II menjadi 4 siswa, ini berarti siswa pada kategori sedang telah mengalami penurunan sebesar 29,4 %
2. Pembahasan Hasil belajar Siklus I dan II
a. Hasil Belajar Siswa Siklus I
Apabila hasil belajar IPA siswa dikelompokkan ke dalam 5 kategori yang diperoleh dari hasil ulangan harian di akhir siklus II, maka distribusi, frekuensi dan persentase nilai hasil belajar dapat dilihat di tabel 2.2 berikut ini
Tabel 2.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Nilai Hasil Belajar IPA SD Inpres Balang Boddong I Makassar Pada Akhir Siklus I
No | Interval Nilai | Kategori | Frekuensi | Persentase (%) |
1. | 0 – 34 | Sangat rendah | 0 | 0 |
2. | 35 – 54 | Rendah | 6 | 0 |
3. | 55 – 64 | Sedang | 14 | 41,1 |
4. | 65 – 84 | Tinggi | 20 | 58,8 |
5. | 85 – 100 | Sangat tinggi | 0 | 0 |
Jumlah | 40 | 100 |
Tabel 2.2 ini menunjukkan siswa kelas I SD Inpres Balang Boddong I Makassar yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif STAD secara umum pada siklus I menunjukkan hasil belajar belum maksimal. Hal ini terlihat siswa yang mendapat nilai pada kategori sedang dengan persentase 41,1 % sedangkan untuk kategori tinggi dengan persentase 58,8 % sedangkan untuk kategori sangat tinggi belum ada siswa yang mendapat nilai.
b. Hasil Belajar Siswa Siklus II
Apabila hasil belajar IPA siswa dikelompokkan ke dalam 5 kategori yang diperoleh dari hasil ulangan harian di akhir siklus II, maka distribusi, frekuensi dan persentase nilai hasil belajar dapat dilihat di tabel 2.3 berikut ini
Tabel 2.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Nilai Hasil Belajar IPA SD Inpres Mallengkeri I Makassar Pada Akhir Siklus II
No | Interval Nilai | Kategori | Frekuensi | Persentase (%) |
1. | 0 – 34 | Sangat rendah | 0 | 0 |
2. | 35 – 54 | Rendah | 0 | 0 |
3. | 55 – 64 | Sedang | 10 | 11,7 |
4. | 65 – 84 | Tinggi | 24 | 70,6 |
5. | 85 – 100 | Sangat tinggi | 6 | 17,6 |
Jumlah | 40 | 100 |
Pada siklus II hasil belajar siswa mengalami peningkatan dimana pada kategori tinggi dengan persentase 70,6 % dan siswa yang mendapat nilai pada kategori sangat tinggi dengan persentase 17,6 % ini berarti siswa pada kategori sangat tinggi mengalami kenaikan sebesar 17,6 %
Dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang terdiri dari dua siklus, penelitian ini membuahkan hasil yang signifikan yakni meningkatnya motivasi belajar siswa, kualitas proses belajar mengajar, dan hasil belajar IPA di kelas I SD Inpres Balang Boddong I Makassar
Peningkatan yang terjadi dapat dilihat pada tabel 3 perbandingan hasil belajar Siklus I dan II berikut ini :
Tabel 3. Perbandingan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas I SD Inpres Balang Boddong I Makasssar Pada Siklus I dan II
Siklus | Hasil Belajar IPA dari 34 siswa | |||||||||
K a t e g o r i | ||||||||||
Sangat Rendah | Rendah | Sedang | Tinggi | Sangat tinggi | ||||||
I | 0 | 0 | 14 | 20 | 0 | |||||
II | 0 | 0 | 4 | 24 | 6 | |||||
P e r s e n t a s e | ||||||||||
I | 0 | 0 | 41,1 | 58,8 | 0 | |||||
II | 0 | 0 | 11,7 | 70,6 | 17,6 | |||||
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah membahas hasil penelitian tentang penggunaan model pembelajaran kooperatif type STAD terhadap peningkatan hasil belajar IPA siswa kelas I SD Inprers Balang Boddong I Makassar, penulis menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Strategi model pembelajaran kooperatif type STAD merupakan suatu pembelajaran yang cenderung lebih mengaktifkan seluruh siswa yaitu para siswa bekerja sama dalam memecahkan permasalahan dan menjawab pertanyaan pertanyan yang telah diberikan.
2. Strategi model pembelajaran kooperatif type STAD berorientasi kepada siswa, agar mereka dapat memiliki karakteristik yang sama yaitu mendorong dan menumbuhkan kemampuan anak untuk menuntaskan materi dimana model saling bekerjsama merupakan salah satu komponen dari bagian dari praktek pendidikan yang meliputi berbagai model yang dirancang untuk memperluas kegiatan siswa yang berorientasi pada proses yang didasari pada kerja kelompok dan belajar optimal.
3. Penggunaan model pembelajaran Kooperatif type STAD ini dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa dari 65,82 menjadi 73,9 (dapat dilihat di lampiran 10 hal 76) Karena dengan model ini siswa dapat lebih aktif saling membantu sesama teman untuk mencari dan menjawab sendiri soal soal dan latihan, mencari informasi dan pengetahuan dari berbagai sumber yang telah ditetapkan khususnya dalam pembelajaran IPA
B. Saran
Berdasarkan kajian teori dan hasil penelitian ini, maka penulis menyarankan bebarapa hal yaitu :
1. Agar para guru di SD Inpres Balang Boddong I Makassar selalu termotivasi untuk memacu diri dan terus menggunakan metode pembelajaran yang efektif, sesuai dan serasi dengan bidang studi yang diajarkan baik itu secara individu maupun organisasi.
2. Agar pihak sekolah jangan pernah merasa puas dengan prestasi mendidik yang bagus tetapi harus selalu intropeksi diri dan mencari tahu dimana letak kekurangan dan kelebihan demi membantu dan mengawal program Pendidikan nasional.
3. Kepada pembaca yang budiman supaya dapat membuat penelitian yang lebih bagus dari sekarang dan juga dengan hasil penelitian ini dapat membantu para peneliti selanjutnya untuk berpacu mencari hal-hal yang baru untuk diteliti dan untuk pengembangan diri pribadi, kelompok untuk masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Carin 1993; Hakekat Pembelajaran IPA www. google. com/yiu/et diakses tanggal 10 Mei 2009.
Dimyati Dan Mudjiono 1999; Belajar dan Pembelajaran Rineka Cipta Jakarta.
Djamarah, S. B. dan Zaim A. 2002; Strategi Belajar Mengajar Rineka Cipta Jakarta
Muslimin, Uses dan Usman 2000; Menjadi Guru Profesional Edisi Kedua PT. Rewaja Rosdakerja Bandung.
Sanjaya, Wina. 2007; Strategi Pembelajaran. Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.
0 komentar:
Posting Komentar